Lihatlah, Dengarlah, Bicaralah dan Lakukan Yang Terbaik

Kisah Tragis Sebuah Keluarga di Probolinggo  jawa timur

Liputan6.com, Probolinggo: Akhir Februari silam, ratusan warga di Jalan Panglima Sudirman, Probolinggo, Jawa Timur, digegerkan dengan ditemukannya sejumlah mayat dengan kondisi sangat mengenaskan di dalam kamar sebuah rumah toko. Mayat-mayat itu tergeletak dengan sejumlah luka bacokan senjata tajam. Khawatir dengan kerumunan warga yang akan merusak barang bukti, polisi langsung menutup tempat kejadian dengan garis pembatas polisi.

Setelah diidentifikasi, para korban ternyata satu anggota keluarga sekaligus pemilik Toko Pusaka Jaya. Mereka adalah Sri Murni (75 tahun), Mulyani (58 tahun), Yuli (28 tahun), dan Fredi (24 tahun). Satu per satu jasad mereka langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Dokter Mochamad Soleh untuk menjalani otopsi.

Selain korban tewas, polisi juga menemukan satu korban selamat dari pembantaian. Siti Asiyah yang selama dua bulan bekerja sebagai pembantu di rumah korban didapati tersekap dalam kondisi terikat dan dibekap mulutnya di dalam kamar tidur. Oleh polisi, Siti langsung diamankan ke Markas Kepolisian Resor Kota Probolinggo untuk dimintai keterangan.

Jenazah korban pembunuhan satu keluarga ini pertama kali ditemukan seorang pelanggan yang hendak membeli roko di toko itu. Ia terkejut tatkala melihat pintu toko sudah terbuka tanpa ada seorang pun yang melayani. Karena curiga, saksi dengan mengajak beberapa warga masuk mencari sang pemilik toko. Alangkah terkejutnya mereka saat menemukan empat jasad korban dengan kondisi penuh luka bacokan.

Setelah menyelidiki lokasi kejadian, polisi menduga pelaku pembunuhan diduga lebih dari satu orang. Mereka turun ke dalam rumah lewat atap dengan menggunakan seutas tali yang diikatkan pada rangka bangunan. Polisi juga menemukan dua buah celurit yang diduga digunakan para pelaku untuk membunuh korbannya.

Guna menangkap pelaku dan mengungkap pembunuhan sadis tersebut, polisi terus mengintensifkan penyelidikan. Setiap sudut rumah diteliti termasuk pemeriksaan bekas sidik jari di sejumlah tempat. Anjing pelacak pun dikerahkan untuk mengendus jejak pelaku. Sebanyak 16 saksi dan satu korban selamat diperiksa polisi. Demikian juga sejumlah barang bukti yang disita dan dibawa ke laboratorium forensik.

Hanya dalam waktu empat hari sejak peristiwa pembunuhan sadis itu, polisi akhirnya menangkap enam orang yang diduga sebagai pelaku. Mereka adalah Misnari, Mamad, dan Rafii asal Klakah, Lumajang. Tiga lainnya adalah Miarto dan Parti, pasangan suami istri yang tinggal di Randu Agung, Lumajang, serta Rianto warga Wonoasih, Probolinggo.

Mereka ditangkap di rumahnya masing masing dan langsung di bawa ke Mapolresta Probolinggo. Untuk memperkuat alat bukti pembunuhan, tim gabungan Polresta Probolinggo, Polres Lumajang, dan Polda Jatim menyisir rumah Miarto di Kecamatan Randu Agung. Warga dan wartawan dilarang mendekati rumah kecuali di luar garis polisi.

Di tempat ini polisi menyita barang bukti berupa dua unit sepeda motor, sejumlah tas yang salah satunya berisi dua buah kunci T, serta puluhan pak rokok dari berbagai merek. Barang bukti ini diduga hasil kejahatan para pelaku.

Setelah dilakukan pengembangan dan penyidikan, polisi akhirnya menetapkan lima tersangka, yaitu Miarto, Misnari, Mamad, Rianto, dan Parti. Sedangkan Rafii dilepas karena tidak terbukti terlibat. Menurut polisi, peran Misnari sebagai otak pembunuhan, Miarto sebagai eksekutor, Mamad dan Rianto bertugas menjaga dan mengawasi lokasi, serta Parti sebagai penadah barang jarahan milik korban.

Dari pemeriksaan, motif pembunuhan adalah sakit hati tersangka Misnari terhadap Fredy, salah satu korban. Sepekan sebelum peristiwa terjadi, Fredy mencaci maki Misnari yang saat itu hendak meminjam uang kepadanya. Usai kejadian� itu, Misnari berserta sejumlah tersangka lain merencanakan pembunuhan satu keluarga itu.

0 komentar:

Posting Komentar

Kisah Tragis Sebuah Keluarga di Probolinggo  jawa timur | lihatlah